BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah
Bank adalah suatu lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan Giro, tabungan, dan deposito.
Bank juga dikenal sebagai tempat meminjam bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Di samping itu, bank sebagai tempat
menukar uang memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran
setoran, pembayaran listrik, air, pajak, dan pembayaran lainnya. Aktifitas
utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkanya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
1
|
Undiannya, merupakan
beberapa faktor yang dipertimbangkan nasabah dalam memilih suatu bank. Tanpa
menemukan dan mengelaborasikan berbagai keunggulan sulit rasanya bagi
perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis.
Selain itu, mengingat
persaingan di sektor perbankan sangat kompetitif, dimana ada banyak bank yang
memperebutkan nasabah yang begitu banyak, sehingga para nasabah yang terkait
bisa memilih sesuai dengan keinginan mereka pada bank mana mereka ingin
menyimpan dananya dan juga mereka dengan bebas bisa menarik dana yang
sebelumnya mereka simpan pada suatu bank dan memindahkannya ke bank lain. Untuk
itu, bank perlu menjaga nasabahnya agar tidak memindahkan dananya ke bank lain.
Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pelayanan, sehingga para nasabah
merasa aman meletakkan dananya pada bank tersebut.
Pada dasarnya, produk yang
ditawarkan setiap bank relatif sama, yang membedakannya adalah bagaimana sebuah
bank dapat memberikan pelayanan yang bernilai bagi para nasabahnya dibandingkan
bank-bank pesaing sehingga dapat menciptakan nasabah yang loyal dengan
meretensi nasabahnya. Produk simpanan yang ada di Bank Nagari Cabang Unp adalah
berupa giro, deposito, dan tabungan. Nama dari produk tabungan yaitu antara
lain Sikoci, Tahari Mabrur, Tabanas Umum, Tabanas Pelajar, Tabanas Pegawai, dan
Simpeda. Menurut Kotler (2005:429) produk adalah “Segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan.”
Sedangkan merek adalah “Nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi
dari hal–hal tersebut.” Merek dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau
jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing.
Berikut ini, data yang dapat
menjadi gambaran dalam melihat perkembangan jumlah Nasabah Bank Nagari Cabang Unp:
Tabel 1
Perkembangan
Jumlah Nasabah Bank Nagari Cabang Unp
Dari
Tahun 2007-2011
Tahun
|
Sikoci
|
Simpeda
|
Tahari
|
Tabanas
|
Jumlah
|
2007
|
3758
|
1214
|
2400
|
9328
|
16.700
|
2008
|
5482
|
1726
|
2150
|
11.200
|
20.558
|
2009
|
7219
|
1923
|
2070
|
8.765
|
19.977
|
2010
|
9369
|
1642
|
2125
|
10.380
|
23.516
|
2011
|
13.038
|
823
|
2011
|
10.904
|
26.776
|
Sumber: Bank Nagari
Cabang Unp, 2012
Berdasarkan table 1.1 di atas,
dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi kenaikan dan penurunan jumlah
nasabah pada masing-masing tabungan. Hal ini terjadi karena adanya nasabah yang
tutup rekening pada masing-masing tabungan dan memindahkan tabungannya ke bank
lain.
Pada saat ini, banyak
bank-bank baik bank pemerintah maupun bank swasta yang hanya mengandalkan
promosi untuk memperkenalkan produknya pada masyarakat luas. Bank-bank tersebut
berharap bahwa dengan dilakukanya promosi besar basaran dapat meningkatkan
kinerja keuangan secara berkesinambungan. Selain itu, bank-bank itu juga
beranggapan bahwa hanya dengan promosi yang gencar nasabah yang loyal dapat
dengan mudah diperoleh.
Hal inilah yang memicu
terjadinya perang promosi dalam dunia perbankan saat ini. Tiap-tiap bank
berlomba-lomba untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya dengan menawarkan
berbagai undian dan hadiah. Hal itu memanglah pantas dilakukan dalam sebuah
persaingan bisnis. Namun pada kenyataanya promosi saja tidaklah cukup untuk membawa sebuah bank tetap
bertahan dan meraup kesuksesan dalam persaingan yang sudah mulai jenuh ini.
Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sebuah bank dalam
mendapatkan nasabah yang loyal.
Salah satu faktor yang sangat
berperan aktif dalam mendapatkan nasabah yang loyal pada sebuah bank adalah
kualitas pelayanan dari bank itu sendiri, karena pada dasarnya bank merupakan
suatu perusahaan jasa yang bergerak di bidang keuangan. Baik atau tidaknya
pengelolaan suatu bank dapat dilihat dari kualitas pelayanan jasa yang
diberikan. Apabila kualitas pelayanan buruk, maka bank tersebut akan memiliki
citra yang buruk di mata nasabahnya. Dan apabila sebuah bank memiliki kualitas
pelayanan yang baik maka bank tersebut memiliki citra yang baik pula di mata
nasabahnya.
Alangkah baiknya apabila
sebuah bank dapat menerapkan sebuah kualitas pelayanan yang dapat mengerti
kebutuhan nasabahnya, sehingga nasabah tersebut merasa kebutuhannya terpenuhi
dan tidak akan beralih ke bank-bank pesaing lainnya.
Berdasarkan wawancara awal
yang peneliti lakukan kepada beberapa orang nasabah Bank Nagari Cabang Unp,
ternyata banyak nasabah Bank Nagari yang mengeluhkan kualitas pelayanan Bank
Nagari yang masih kurang memadai, salah satunya seperti dalam sistem antrian.
Bank Nagari Cabang Unp ini sampai saat sekarang masih belum menggunakan mesin
antrian. Sehingga masih kurang tertibnya nasabah dalam melakukan pengantrian di
teller. Hal ini tentu saja dapat membuat nasabah merasa kurang nyaman, karena
harus mengantri lama untuk melakukan sebuah transaksi.
Disamping antrian yang
panjang, areal parkir merupakan suatu hal yang dapat menjadi penilaian nasabah
tentang kualitas pelayanan Bank Nagari Cabang Unp, banyak nasabah yang
mengeluhkan tentang kurangnya aman parkir di Bank Nagari. Karena
masalah-masalah seputar pelayanan inilah yang menyebabkan nasabah merasa kurang
nyaman dan akhirnya menjadi pertimbangan nasabah untuk melakukan penutupan
rekening dan beralih ke bank-bank lain.
Berikut ini adalah data jumlah
nasabah Bank Nagari Cabang Unp yang telah menutup rekeningnya pada
masing-masing jenis tabungan yang ada di Bank Nagari Cabang Unp:
Table 2
Data Jumlah Nasabah Yang Tutup Rekening
Dari Tahun 2007-2011
Tahun
|
Sikoci
|
Simpeda
|
Tahari
|
Tabanas
|
Jumlah
|
2007
|
148
|
124
|
112
|
89
|
473
|
2008
|
165
|
133
|
142
|
240
|
680
|
2009
|
127
|
213
|
144
|
157
|
641
|
2010
|
80
|
372
|
179
|
214
|
845
|
2011
|
175
|
257
|
128
|
306
|
866
|
Jumlah
|
695
|
1099
|
705
|
1006
|
3505
|
Sumber: Bank Nagari Cabang Unp, 2012
Berdasarkan tabel di atas,
dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah nasabah yang tutup rekening pada
Bank Nagari ini selalu bertambah dan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007
nasabah yang tutup rekening berjumlah 473 orang, pada tahun 2008 meningkat
menjadi 680 orang nasabah, dan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 selalu
bertambah sehingga menjadi 866 orang. Hal ini terjadi karena banyaknya nasabah
yang merasa bahwa pelayanan yang diberikan oleh Bank Nagari ini kurang baik,
dan apa yang mereka inginkan masih belum di dapatkan pada Bank Nagari Cabang Unp ini.
Tentang fenomena perilaku
peralihan merek ini, dari wawancara awal
yang dilakukan terhadap nasabah Bank Nagari Cabang Unp dapat diketahui
bahwa semua nasabah yang diwawancarai pernah melakukan peralihan merek ke bank
lain. Sebagian besar nasabah yang diwawancarai memiliki dan menggunakan lebih
dari satu tabungan. Wawancara tersebut menunjukkan bahwa terjadi fenomena
perilaku peralihan merek pada nasabah Bank Nagari Cabang Unp.
Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang perilaku peralihan
merek (brand Switching behaviour)
nasabah Bank Nagari Cabang Unp, sehingga dapat memberikan gambaran tentang
penyebab nasabah Bank Nagari beralih merek ke bank-bank lain. Oleh sebab itu penulis tertarik
untuk membahas penelitian tentang “Pengaruh
Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Peralihan Merek (Brand Switching Behavior)
Nasabah Bank Nagari Cabang Unp.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan adalah bahwa:
1.
Apakah ada pengaruh kualitas
pelayanan Bank Nagari Cabang Unp yang terdiri dari variabel bukti fisik (tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsibility), jaminan (assurance), dan empati (empathy) terhadap perilaku peralihan
merek nasabah Bank Nagari Cabang Unp.
2. Sejauhmana pengaruh
variabel-variabel tersebut terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank
Nagari Cabang Unp.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas, maka dapat dibatasi permasalahan yang ada yaitu sejauh mana
pengaruh variabel-variabel kualitas pelayanan terhadap perilaku peralihan merek
nasabah Bank Nagari Cabang Unp.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah:
1. Sejauhmana pengaruh kualitas bukti fisik (tangible) terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari Cabang Unp?
2. Sejauhmana pengaruh kualitas keandalan (reliability) terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
3.
Sejauhmana pengaruh kualitas
daya tanggap (responsibility) terhadap
perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari Cabang Unp?
4. Sejauhmana pengaruh kualitas jaminan (assurance) terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
5. Sejauhmana pengaruh kualitas empati (empathy)
terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh kualitas bukti fisik (tangible) terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
2. Pengaruh kualitas keandalan (reliability)
terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
3. Pengaruh kualitas daya tanggap (responsibility)
terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
4. Pengaruh kualitas jaminan (assurance)
terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari
Cabang Unp?
5. Pengaruh kualitas empati (empathy) terhadap perilaku peralihan merek nasabah Bank Nagari Cabang Unp?
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana (SI)
program studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
2. Bagi pengembangan ilmu dalam
bidang Manajemen Pemasaran Jasa Perbankan, Penelitian ini dapat dijadikan
alat informasi dalam kaitannya dengan perilaku beralih merek
nasabah bank pesaing.
- Bagi manajemen Bank Nagari Cabang Unp dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan keputusan agar nasabah Bank Nagari Cabang Unp tidak beralih merek ke bank pesaing.
- Sebagai informasi awal untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA
KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1.
Perilaku Konsumen (Consumer
Behavior)
Mowen
dan Minor (2002:6) mendefinisikan bahwa ”Perilaku konsumen (Consumer
Behavior) sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.” Sementara Engel
(1995:3) mendefinisikan ”Perilaku konsumen
sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini.” Sedangkan American
Marketing Association dalam Peter
dan Olson (2000:6) menjelaskan bahwa ”Perilaku konsumen adalah interaksi
dinamis antara pengaruh dan kognisi, dan kejadian disekitar kita dimana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.”
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga ide penting tentang perilaku
konsumen, yaitu:
a.
Perilaku konsumen
adalah dinamis.
b.
Hal-hal tersebut
melibatkan interaksi antar pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di
sekitar.
c.
Hal tersebut
melibatkan pertukaran.
10
|
Kotler
dan Amstrong (1997:160) menyebutkan bahwa ”Proses pengambilan keputusan
konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian.” Pembelian
yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta. Terdapat empat
jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat pembeli dan tingkat
perbedaan antara merek, yakni:
a.
Complex buying
behavior (perilaku pembelian yang rumit).
Konsumen menjalani perilaku pembelian yang rumit kalau mereka terlibat dalam
pembelian dan mempunyai perbedaan pandangan yang berarti diantara merek. Konsumen mungkin amat
terlibat kalau produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan amat mencerminkan
citra diri. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk
dan harus berusaha untuk mengetahuinya.
b.
Dissonance-reducing
buyer behavior (perilaku pembelian yang mengurangi
ketidakcocokan). Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan
konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek.
Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan
kenyamanan.
c.
Habitual buying
behavior (perilaku pembelian karena
kebiasaan). Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang rendah dan beberapa perbedaan besar merek yang
dirasakan. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk
tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut.
d.
Variety-seeking
buying behavior (perilaku pembelian
mencari variasi).
Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi perbedaan merek yang dirasakan besar.
Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.
Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga
murah, dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.
2.
Perilaku
Peralihan Merek
a.
Pengertian Perilaku Peralihan
Merek
Menurut Dharmamesta yang
dikutip dalam Marya (2009:10) Perilaku Peralihan
Merek (Brand Switching Behavior) adalah “Perilaku perpindahan merek yang
dilakukan konsumen karena adanya alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai
kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain.”
Menurut Beatty, Kahle, dan Homer dalam Dharmmesta dalam
Marya (2009:12), “Komitmen merek dapat didefinisikan sebagai kesertaan
emosional atau perasaan.” Ketidakpuasan emosional konsumen dari pengalaman
dengan produk dapat menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek
lain di luar merek yang biasanya. Pencarian merek lain ini dapat dilakukan
konsumen dengan mendapatkan informasi melalui media cetak, media audio, ataupun
melalui interpersonal, dimana tujuan akhirnya adalah perilaku untuk berpindah
merek (brand switching behavior).
Konsep yang mendasari
penelitian ini yaitu tentang tingkat loyalitas merek yang lebih khusus yaitu
berkaitan dengan perilaku berpindah-pindah atau peralihan merek (Brand
Switching Behavior). Peralihan merek terjadi saat seorang pelanggan
berpindah kesetiaan dari suatu merek sebuah produk tertentu ke merek produk
lainnya. Tingkat peralihan merek dapat menunjukan sejauhmana merek memiliki
pelanggan yang loyal.
Konsumen beralih dari satu
merek ke merek lain pada dasarnya disebabkan karena empat hal (www.mars-e.com, diakses tanggal 14 Maret 2009), yaitu:
1)
Kebutuhannya tidak
terpenuhi dengan produk atau jasa yang sebelumnya digunakan (core product
problem).
2)
Tidak puas dengan
layanan yang diberikan oleh pemilik merek (augmented product problem).
3)
Ada merek lain yang
memberikan benefit yang lebih baik (tidak berarti dissatisfied
terhadap produk sebelumnya).
4)
Adanya keinginan
mencoba sesuatu yang lain (variety).
Purwani dan Dharmemesta (2002:94)
menyebutkan bahwa alasan konsumen melakukan perpindahan merek karena:
1)
Adanya perilaku mencari
keragaman (variety seeking)
2)
Seperti sudah
disebutkan dalam loyalitas merek, banyak konsumen yang hanya mengaktifkan tahap
kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai konsumen yang paling rentan terhadap
perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran.
3)
Beragamnya penawaran
dari produk lain.
4)
Terjadinya masalah
dengan produk yang sudah dibeli.
Kotler (2003:72) mengingatkan ”Perusahaan untuk lebih memperhatikan
tingkat peralihan pelanggannya (customer defection rate), yaitu tingkat
kehilangan pelanggan mereka dan mengambil
langkah-langkah untuk menguranginya.” Terdapat
empat langkah dalam proses ini, yaitu:
1)
Perusahaan harus mendefinisikan dan mengukur tingkat
ketahanannya (retention rate).
2)
Perusahaan harus membedakan sebab-sebab dari
kekurangannya pelanggan dan mengidentifikasi hal-hal yang dapat dikelola dengan
baik.
3)
Perusahaan perlu memperkirakan berapa laba yang hilang
saat kehilangan pelanggan.
4)
Perusahaan perlu memperhitungkan berapa besar
biaya untuk mengurangi tingkat peralihan pelanggannya.
b.
Tipe Switching
Menurut Jill Grifin dan
Michael Wlowenstein (2001:59) perusahaan harus memperhatikan 5 kategori
pelanggan yang melakukan peralihan, yaitu:
1)
Intentionally Pushed Away Customer
Pelanggan yang tidak menguntungkan bagi
perusahaan sehingga perusahaan melakukan pengurangan standar pelayanan yang
mendorong pelanggan untuk beralih dengan sendirinya, misalnya pelanggan yang memiliki
tagihan buruk.
2)
Unintentionally Pushed Away Customer
Pelanggan yang beralih karena kinerja
perusahaan yang tidak memenuhi ekspetasi mereka. Beberapa alasan umumnya antara
lain:
a)
Tidak puas dengan
produk, masalah instalasi, pelayanan, atau harga.
b)
Ketidakmampuan
menangani keluhan
c)
Ketidaksetujuan akan
perubahan
d)
Merasa diabaikan.
3)
Puled Away Customer
Pelanggan yang diambil oleh pesaing karena
tawaran nilai dan beberapa keuntungan lainnya yang lebih baik.
4)
Brought Away Customer
Pelanggan yang beralih karena pengaruh harga
perkenalan yang ditawarkan oleh pesaing. Pelanggan ini adalah kelompok
pelanggan yang sensitif terhadap perubahan harga, sehingga konsumen akan selalu
tertarik terhadap harga perkenalan yang akhirnya konsumen melakukan peralihan.
5)
Moved Away Customer
Pelanggan yang beralih kerena alasan perubahan
kebutuhan, usia, life cycle, dan
geografis.
3. Kualitas Pelayanan (Service
Quality)
Pada dasarnya sulit untuk mendefinisikan kualitas secara tepat dan Universal.
Menurut Lewis & Booms dalam Tjiptono (2005:121) menyatakan bahwa “Kualitas jasa sebagai
ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan
keinginan pelanggan.” American
Society for Quality Control dalam
Kotler (2002:67), mendefinisikan “Kualitas berdasarkan sisi pelanggan. Kualitas dinyatakan sebagai keseluruhan ciri serta sifat
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.”
ISO 8402 (Quality Vocabulary) dalam Gasperz (2001:5) mendefinisikan “Kualitas sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dispesifikasikan atau diterapkan.” Kualitas seringkali diartikan
sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformasi
terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement).
Konsep kualitas yang didefinisikan oleh ISO 8402 ini mencakup pengertian
kualitas terhadap barang (goods), perangkat lunak (sotfware) dan
jasa (service).
Menurut Kotler (2000:486),
kualitas pelayanan adalah “Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun.” Kualitas pelayanan harus dimulai dari
kebutuhan konsumen dan berakhir dengan kepuasan konsumen. Dengan demikian, baik
buruknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia layanan suatu
jasa dalam upaya untuk memenuhi harapan konsumen secara konsisten, tepat, dan
memuaskan.
Sementara menurut Craven
(1998:379), mengatakan bahwa “salah satu bagian terpenting suatu karakteristik
jasa yaitu jasa tidak berwujud. Produk barang adalah nyata, berbentuk alat dan
sebuah benda, sedangkan jasa adalah sebuah tindakan atau perubahan, penampilan
suatu usaha. Apabila suatu produk dapat dimiliki, dilihat, dan disentuh, maka
jasa adalah sebaliknya, yaitu tidak dapat dilihat, tidak berwujud, dan tidak
dapat dimiliki.”
Menurut Parasuraman dan kawan-kawan
dalam Tjiptono (2005:134) mengemukakan lima
dimensi pokok yang digunakan dalam menilai suatu kualitas pelayanan pada
perusahaan jasa, meliputi:
a.
Bukti fisik (tangibles),
berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang
digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
b.
Keandalan (reliability),
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat
sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya
sesuai dengan waktu yang disepakati.
c.
Daya tanggap (responsiveness),
berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para
pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan saja
akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
d.
Jaminan (assurance),
yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenai setiap pertanyaan
atau masalah pelanggan.
e.
Empati (empathy),
berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi
kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para
pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
Dalam bisnis jasa, sikap atau cara karyawan dalam melayani
pelanggan secara memuaskan, berperan besar dalam
menciptakan keunggulan layanan (Service Excellence). Keunggulan seperti
ini dibentuk melalui pengintegrasian empat pilar yang saling berkaitan erat, yaitu: kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan
layanan. Keunggulan layanan tidak bisa terwujud apabila ada salah satu pilar
yang lemah. Untuk mencapai tingkat keunggulan layanan, setiap karyawan harus
memiliki keterampilan khusus, di antaranya memahami produk atau jasa secara
mendalam, berpenampilan rapi dan menarik, bersikap ramah dan bersahabat,
menunjukkan komitmen dan responsivitas dalam melayani pelanggan, tidak tinggi
hati, karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dengan departemennya, mampu berkomunikasi secara efektif,
bisa memahami secara baik bahasa isyarat pelanggan, dan mampu menangani keluhan
pelanggan secara profesional.
Menurut Tjiptono (2005:177) ada strategi penyempurnaan
kualitas jasa, yaitu:
a.
Mengidentifikasi
determinan utama kualitas jasa
Setiap penyedia jasa wajib berupaya menyampaikan jasa
berkualitas terbaik kepada para pelanggan sasarannya. Upaya ini membutuhkan
proses mengidentifikasi determinan atau faktor penentu utama kualitas jasa
berdasarkan sudut pandang pelanggan.
b.
Mengelola ekspektasi
pelanggan
Semakin banyak janji yang diberikan, semakin besar pula
harapan pelanggan. Untuk itu ada satu pepatah bijak yang bisa dijadikan
pegangan: “Jangan janjikan apa yang bisa diberikan, tetapi berikan lebih dari
apa yang dijanjikan.”
c.
Mengelola bukti
kualitas jasa
Manajemen bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat
persepsi pelanggan selama dan sesudah jasa disampaikan. Bukti-bukti kualitas
jasa bisa berupa fasilitas fisik, penampilan karyawan, peralatan.
d.
Mendidik konsumen
tentang jasa
Membantu pelanggan dalam memahami sebuah jasa merupakan
upaya positif untuk mewujudkan proses penyampaian dan pengkonsumsian jasa
secara efektif dan efisien. Pelanggan yang lebih ‘terdidik’ akan dapat
mengambil keputusan pembelian secara lebih baik. Oleh karenanya, kepuasan
mereka dapat tercipta tinggi.
e.
Menumbuhkembangkan
budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi proses
penciptaan dan penyempurnaan kualitas
secara terus-menerus. Agar budaya kualitas bisa ditumbuhkembangkan dalam sebuah
organisasi, diperlukan komitmen menyeluruh dari semua anggota organisasi, mulai
dari yang tertinggi hingga terendah dalam struktur organisasi.
f.
Menindaklanjuti jasa
Penidaklanjutan jasa diperlukan dalam rangka menyempurnakan
atau memperbaiki aspek-aspek jasa yang
memuaskan dan mempertahankan
aspek-aspek yang sudah baik.
g.
Mengembangkan sistem
informasi kualitas jasa
Sistem informasi kualitas jasa merupakan sistem yang
mengintegrasikan berbagai macam rancangan riset secara sistematis dalam rangka
mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung
pengambilan keputusan
Menurut Payne (2002:217), “Faktor utama yang membedakan
perusahaan jasa satu dengan yang lainnya adalah soal kualitas pelayanan.” Layanan
pelanggan dalam bisnis jasa biasanya lebih penting daripada dalam perusahaan
manufaktur. Apalagi, pelanggan semakin jeli dan menuntut standar pelayanan maksimal.
Untuk bisa bersaing dengan dalam pasar yang semakin kompetitif, maka kualitas
pelayanan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Kualitas pelayanan selain menampilkan sikap dan perilaku
yang baik dari petugas bank juga di ikuti dengan sarana dan fasilitas pendukung
yang merupakan bagian penting dari pelayanan. Hal itu meliputi mulai dari
kemudahan mencapai kantor cabang, tampilan luar kantor, tempat parkir,
teknologi, ruangan pelayanan yang nyaman, sistem antrian menggunakan nomor
panggilan, menyediakan ruangan pelayanan khusus, hubungan komunikasi termasuk
telpon yang lancar, dan sebagainya. Unsur penting yang mendukung pelayanan
unggul tersebut dikembangkan menjadi bentuk pelayanan total.
Menurut Alma (2004:338) ada
beberapa elemen penting yang harus diperhatikan oleh penyedia jasa perbankan,
adapun elemen-elemen itu antara lain:
a.
Wujud
(tangible)
Yaitu berupa hal berwujud yang
tampak oleh konsumen termasuk:
1)
Letak
kantor yang strategis
2)
Lokasi
parker
3)
Kebersihan
4)
Kerapian
kantor
5)
Keindahan
kantor
6)
Seragam
karyawan
7)
Tampilan
formulir
8)
Desain
brosur
9)
Iklan
10)
Tampilan
buku tabungan
b.
Keandalan
(reliability)
Yaitu kemudahan yang diberikan bank
dalam:
1)
Prosedur
membuka tabungan
2)
Pengiriman
uang
3)
Pengambilan
uang
4)
Jam
layanan
c.
Daya
tanggap (responsibility)
Kemampuan pegawai untuk:
1) Menanggapi keluhan nasabah dan
kecepatan penanganannya
2)
Adanya
marketing officer
3)
Customer serfice yang cekatan
d.
Jaminan
(assurance)
a.
Perilaku
karyawan yang ramah
b.
Kepercayaan
nasabah terhadap bank
c.
Jaminan
perasaan aman di bank
e.
Empati
(empathy)
a.
Kemudahan menghubungi
kantor
b.
Adanya perhatian
serius terhadap segala kegiatan transaksi nasabah tanpa membeda-badakan status
sosialnya
Dari kelima dimensi tersebut, dimensi yang pertama dan
langsung dievaluasi oleh nasabah sebelum dimensi lainnya bahkan sebelum nasabah
bertemu dengan front-line adalah dimensi bukti fisik (tangible). Menurut Tjiptono dalam (Syofian 2008:65) salah satu
unsur untuk menciptakan pelayanan yang berkualitas adalah dengan jalan
menciptakan suasana yang nyaman. Suasana yang tercipta ketika nasabah melakukan
transaksi haruslah dibuat senyaman mungkin dengan memberikan
fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan bagi nasabah, misalnya ruang bank
bersih rapid an nyaman.
Berbagai dimensi kualitas pelayanan di atas harus
diperhatikan oleh manajemen industry jasa, termasuk dalam jasa perbankan.
Karena pada dasarnya dalam bisnis jasa, sikap dan layanan karyawan yang
berhubungan langsung dengan pelanggan akan berpengaruh terhadap kualitas jasa
yang dihasilkan dan dipersepsikan pelanggan.
Menurut Johnston dan Silvestra (dalam Tjiptono 2005:135)
keandalan merupakan atribut-atribut jasa yang mutlak dibutuhkan demi
terciptanya persepsi kualitas jasa yang bagus atau positif. Untuk mewujudkan
keandalan yang mutlak diperlukan sikap atau cara karyawan yang handal dalam
malayani nasabah secara memuaskan, hal itu berperan sangat aktif dalam
menciptakan keunggulan layanan. Keunggulan seperti ini dibentuk melelui
kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan layanan.
Untuk mencapai tingkat keunggulan layanan, setiap karyawan
harus memiliki keterampilan khusus, diantaranya memahami produk atau jasa
secara mendalam, bersikap ramah dan bersahabat, tidak tinggi hati karena merasa
dibutuhkan, dan mampu menangani keluhan pelanggan secara profesional. Karyawan
yang handal dan tulus dalam melayani pelanggan haruslah dimiliki oleh
perusahaan penyedia jasa, karena pada prakteknya tidak selalu standar kualitas
jasa yang telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan apa yang diterima
konsumen, akibatnya jasa yang telah diberikan oleh perusahaan tidak dapat
diterima baik oleh konsumen.
Selain bukti fisik yang meyakinkan dan kehandalan
para karyawan yang tulus dalam memberikan pelayanan, daya tanggap yang cepat
terhadap keluhan konsumen haruslah dimiliki oleh penyedia jasa, khususnya jasa
perbankan. Apabila bukti fisik telah dirasa dengan baik, karyawan yang handal
dan tulus dalam melayani konsumen atau nasabah telah dimiliki oleh penyedia
jasa, dan daya tanggap yang cepat akan keluhan nasabahpun telah diterapkan, maka
nasabah dengan sendirinya akan merasa yakin bahwa jasa yang diterimanya akan
sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Parasuraman, Zeitmal dan Berry dalam
Rangkuti (dalam Nila, 19:2006) mengemukakan lima kesenjangan yang menyebabkan
kegagalan penyampaian jasa, yaitu:
a.
Kesenjangan antara
harapan konsumen dan persepsi
Pihak manajeman tidak sesalu
dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan oleh pelanggan. Sehingga
mereka tidak mengetahui bagaimana jasa tersebut di rancang, serta jasa
pendukung apa yang di butuhkan konsumen.
b.
Kesenjangan antara
persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen mampu memahami apa yang diinginkan
oleh pelanggan. Tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja tertentu dengan
jelas. Hal ini disebabkan karena tidak adanya komitmen total manajemen terhadap
kualitas pelayanan.
c.
Kesenjangan antara
kualitas jasa dan penyampaian jasa.
Perusahaan tidak mampu memenuhi standar
kualitas jasa yang ditetapkan.
d.
Kesenjangan antara
penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu
memenuhi janji-janji yang telah mereka sampaikan kapada konsumen.
e.
Kesenjangan antara
jasa yang diserahkan dan jasa yang diharapkan.
B.
Kerangka Konseptual
Kualitas pelayanan
memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi tumbuh dan berkembangnya kepuasan
yang dirasakan nasabah pada sebuah bank. Bank yang menggunakan sebuah strategi
promosi yang bagus, dengan menggunakan media yang canggih, dan dengan kata-kata
yang menarik, tapi tanpa diiringi sebuah kualitas pelayanan yang baik semua
akan sia-sia.
Bank yang memiliki kualitas
pelayanan yang baik akan membuat nasabahnya tidak akan memperhatikan bunga,
promosi penjualan, dan besar kecilnya biaya administrasi yang diterapkan oleh
pesaingnya. Dengan kata lain kualitas jasa pelayanan yang baik dapat menimbulkan
rasa puas bagi nasabah dan tentu saja juga dapat mengantarkan sebuah bank dalam
memperoleh nasabah yang potensial dan loyal, sebaliknya, kalau nasabah measa
kualitas pelayanan yang diberikan kurang baik dan kurang memuaskan, nasabah
akan melakukan peralihan merek ke penyedia jasa lainya.
Penelitian ini akan
digambarkan oleh kerangka konseptual seperti berikut ini:
Kualitas Bukti
Fisik (X1)
|
Kualitas
Keandalan (X2)
|
Kualitas Daya
Tanggap (X3)
|
Perilaku
Peralihan Merek (Y)
|
Kualitas Jaminan
(X4)
|
Kualitas Empati
(X5)
|
Gambar 1
Kerangka Konseptual
C.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka
konseptual di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai kesimpulan
sementara, yaitu:
1.
Kualitas bukti fisik (tangible) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku peralihan merek nasabah.
2.
Kualitas keandalan (reliability) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku
peralihan merek nasabah.
3.
Kualitas daya tanggap
(responsibility) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku peralihan merek nasabah.
4.
Kualitas jaminan (assurance) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku peralihan merek nasabah.
5.
Kualitas empati (empathy) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku peralihan
merek nasabah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kausatif. Menurut Sugiyono (2005:11)
penelitian deskriptif “merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, menghubungkan dengan variabel yang lain”. Penelitian
kausatif menurut Sugiyono (2005:12) yaitu “penelitian yang menyatakan hubungan
sebab akibat”. Jadi, dalam penelitian ini menggambarkan fakta-fakta yang
terjadi secara jelas dan melihat pengaruh dari masing-masing variabel penyebab
(X) terhadap variabel akibat (Y).
Pada penelitian
ini data dan informasi akan dikumpulkan melalui responden dengan menggunakan
kuesioner. Data yang diperoleh akan ditampilkan secara deskriptif dan pada
akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
27
|
C. Populasi dan
Sampel Penelitian
1.
Populasi
Menurut Umar dalam Marya
(2009:37) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya atau keseluruhan objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
nasabah Bank Nagari Cabang Unp yang telah menutup rekeningnya pada Bank Nagari
ini, dan mereka telah berpindah pada tabungan pesaing yang lain.
Tabel 3
Jumlah Nasabah Bank Nagari Cabang Unp
Yang Telah Tutup Rekening
Dari Tahun 2004-2008
Tahun
|
Jumlah nasabah
|
2007
|
473
|
2008
|
680
|
2009
|
641
|
2010
|
845
|
2011
|
866
|
Jumlah
|
3505
|
Sumber: Bank Nagari Cabang Unp,
2012.
Jadi jumlah populasi dalam
penelitian ini berjumlah 3505 orang.
2.
Sampel Penelitian
Menurut Prasetya, (1999:73)
sampel adalah wakil dari populasi. Agar sampel yang diambil representatif atau
mewakili populasi, maka pengambilan sampelnya harus tepat. Pada penelitian ini,
dalam menentukan jumlah sampel minimal yang diambil menggunakan pendekatan
Slovin yang di kutip dari Umar (2004:78) sebagai berikut:
Dimana:
N = ukuran
populasi
n = ukuran sampel
Dalam penelitian ini
ditetapkan bahwa nilai e atau parsentase kelonggaran ketidakpastian
karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diukur adalah sebesar 10%
atau 0,1.
Maka
dengan jumlah N = 3505 dan e = 0,1 dapat ditentukan jumlah sampel yang harus
diambil adalah :
=
= 97,22
= 100 Orang
Maka jumlah sampel penelitian
yang diambil adalah sebanyak 100
responden. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode convenience
sampling (pemilihan sampel berdasarkan kemudahan).
D.
Jenis dan Sumber Data
1.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a.
Data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari mantan nasabah Bank Nagari Cabang Unp yang telah
berpindah ke bank pesaing melalui kuesioner. Daftar pertanyaan ini berisikan tentang perilaku peralihan merek mantan nasabah Bank Nagari Cabang Unp.
b.
Data sekunder, yaitu meliputi semua data yang berhubungan dengan operasional pelayanan Bank Nagari Cabang Unp.
2.
Sumber Data
Untuk mendapatkan data
yang diperlukan dalam penelitian ini, maka akan dilakukan cara pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari responden, dengan mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan, guna memperoleh data dari bagian-bagian yang sesuai dengan objek
penelitian, dan daftar pertanyaan ini akan
diedarkan kepada responden untuk memperoleh jawabannya.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari pihak-pihak yang terkait, yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara bertanya secara langsung dengan staf Bank Nagari Cabang Unp.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner, merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden
dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
2. Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dimana
penulis melakukan wawancara dengan perusahaan.
F. Definisi Operasional
1. Perilaku peralihan merek
Perilaku peralihan merek dalam
penelitian ini merupakan sikap atau perilaku dari nasabah yang tidak puas
dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bank Nagari Cabang Unp. Dalam hal
ini dapat dikelompokkan perilaku konsumen tersebut antara lain: konsumen merasa
tertarik menabung pada bank lain dan konsumen sudah beralih menabung pada bank
lain.
2.
Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah kualitas pelayanan yang
diberikan Bank Nagari Cabang Unp terhadap nasabahnya. Ada
lima dimensi
utama sebagai penentu suatu kualitas pelayanan:
a.
Bukti Fisik (tangible)
Bukti fisik adalah kenyataan
yang berhubungan dengan penampilan fisik seperti penampilan karyawan, serta
tersedianya tempat parkir yang layak, kebersihan, kerapian, keamanan, dan
kenyamanan di lingkungan Bank Nagari Cabang Unp. Indikator yang digunakan
adalah letak kantor yang strategis, lokasi parkir, kebersihan, kerapian kantor,
keindahan kantor, seragam karyawan, tampilan formulir, desain brosur, iklan,
dan tampilan buku tabungan.
b.
Keandalan (reliability)
Reliabilitas adalah
kemampuan Bank Nagari Cabang Unp untuk memberikan kemudahan pelayanan sejak
pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun, dan menyampaikan jasanya sesuai
dengan janji yang ditawarkan dengan segera, akurat dan memuaskan. Indikator
yang digunakan adalah prosedur membuka tabungan, pengiriman uang, pengambilan
uang, dan jam layanan kantor.
c.
Daya tanggap (responsibility)
Daya tanggap adalah respon
atau kesigapan karyawan Bank Nagari Cabang Unp dalam membantu konsumen dengan
memberikan layanan yang cepat, tepat dan tanggap, serta mampu menangani keluhan
para konsumen secara baik. Maksudnya disini adalah keinginan para staf untuk
membantu nasabah dan memberikan pelayanan yang tanggap. Indikator yang terdapat
dalam dimensi ini adalah menanggapi keluhan nasabah dan kecepatan penangananya,
adanya marketing officer, dan customer serfice yang cekatan.
d.
Jaminan (assurance)
Jaminan adalah kemampuan
karyawan Bank Nagari Cabang Unp tentang
pengetahuan dan informasi suatu produk yang ditawarkan dengan baik, keramah
tamahan, perhatian penuh, dan kesopanan dalam memberikan jaminan pelayanan yang
terbaik, serta yang mampu menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap perusahaan,
dan bisa menciptakan rasa aman bagi para nasabahnya. Indikator yang digunakan
seperti perilaku karyawan yang ramah, kepercayaan nasabah terhadap bank, dan
jaminan perasaan aman di bank.
e.
Empati (empathy)
Empati adalah merupakan
perhatian karyawan Bank Nagari Cabang Unp secara individual yang diberikan
kepada konsumen dan berusaha untuk memahami keinginan dan kebutuhan, serta
mampu menangani keluhan konsumen secara baik dan tepat. Empati juga berarti
bahwa perusahaan memahami masalah para konsumennya dan bertindak demi
kepentingan konsumen, serta memiliki jam operasi yang nyaman. Indikator yang
digunakan seperti kemudahan menghubungi kantor, adanya perhatian serius
terhadap segala kegiatan transaksi nasabah tanpa membeda-bedakan status
sosialnya.
Tabel 4
Definisi Operasional
Fariabel
No
|
Variabel
|
Konsep Variabel
|
Indikator
|
Pengukuran
|
|
Pernyataan (Likert)
|
Nilai
|
||||
1
|
Bukti fisik (Tangible)
(X1)
|
Merupakan atribut-atribut jasa yang dapat
dilihat secara nyata (berwujud)
|
1. Letak kantor
2. Lokasi parkir
3. Keberadaan kantor
4. Kerapian kantor
5. Keindahan kantor
6. Seragam karyawan
7. Tampilan buku tabungan
|
-
Sangat baik
-
Baik
-
Cukup baik
-
Kurang baik
-
Sangat tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
2
|
Keandalan (Reliability)
(X2)
|
Merupakan kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara cepat, tepat, akurat dan
terpercaya
|
1. Prosedur membuka tabungan
2. Pengiriman uang
3. Pengambilan uang
4. Jam layanan
|
-
Sangat baik
-
Baik
-
Cukup baik
-
Kurang baik
-
Sangat tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
3
|
Daya tanggap (Responsibility)
(X3)
|
Merupakan kemampuan pegawai untuk tanggap
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dengan
disertai penyampaian jasa yang jelas
|
1. Penanganan keluhan nasabah
2. Marketing Officer
3. Customer service
4. Respon
karyawan dalam memenuhi permintaan nasabah
|
-
Sangat baik
-
Baik
-
Cukup baik
-
Kurang baik
-
Sangat tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
|
Jaminan (Assurance)
(X4)
|
Merupakan pengetahuan, kesopan santunan dan
kemampuan pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan
terhadap perusahaan
|
1. Perilaku karyawan
2. Kepercayaan nasabah terhadap bank
3. Jaminan perasaan aman di bank
|
-
Sangat baik
-
Baik
-
Cukup baik
-
Kurang baik
-
Sangat tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
5
|
Empati (Empathy)
(X5)
|
Meliputi kemudahan dalam menjalin komunikasi
yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan individu para
pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen
|
1. Kemampuan petugas dalam memberikan perhatian
secara individual untuk menciptakan suasana nyaman bagi nasabah saat
bertransaksi
2. Perhatian serius terhadap segala kegiatan
transaksi nasabah tanpa membeda bedakan status sosialnya
|
-
Sangat baik
-
Baik
-
Cukup baik
-
Kurang baik
-
Sangat tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
|
Peralihan Merek
|
Merupakan saat dimana konsumen melakukan
peralihan dari Bank Nagari ke bank lain
|
1. Selama menabung di Bank Nagari, saya merasa
kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bank Nagari Cabang Pariaman kurang
baik, sehingga saya tertarik untuk menabung pada bank lain.
2. Kualitas pelayanan Bank Nagari Cabang
Pariaman yang saya terima tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan,
sehingga saya beralih menabung pada bank lain.
|
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Cukup setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
|
5
4
3
2
1
|
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat pengumpulan data. Adapun bentuk
instrument pengumpulan data primer adalah dengan menggunakan kuesioner atau
angket. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan
menggunakan skala likert, dimana setiap alternative jawaban akan diberi skor
dengan kriteria 5-4-3-2-1 untuk pertanyaan positif yang dilakukan secara manual
oleh penulis dimana responden mengisi lembaran kuesioner yang telah
dipersiapkan.
H.
Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum angket disebarkan kepada responden, maka terlebih
dahulu dilakukan uji coba terhadap instrument, uji coba dimaksud untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan. Uji coba
instrument dilakukan untuk mengetahui dan memilih butir-butir yang layak dan
handal. Dengan uji coba ini akan diperoleh instrument yang sesungguhnya,
sehingga layak untuk dijadikan alat ukur dalam pengumpulan data.
Adapun bentuk instrument
pengumpulan data primer adalah dengan menggunakan kuesioner atau angket.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala
likert. Teknik pengukuran yang ditetapkan adalah berdasarkan ranking atau
peringkat yang dinyatakan untuk variabel bebas maupun variabel tidak bebas
Dimana
respondennya hanya memilih satu dari lima
alternatif yang disediakan, yang masing-masing jawaban diberikan skor seperti
terlihat dibawah ini:
Nilai
Pernyataan Positif
1.
Sangat Baik 5
2.
Baik 4
3.
Cukup Baik 3
4.
Tidak Baik 2
5.
Sangat Tidak Baik 1
1.
Uji Validitas
Uji validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur bisa mengukur apa yang ingin
diukur. Jika kita menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, kuesioner yang
disusun harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Dalam penelitian ini uji
validitas yang dipakai adalah metode korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus:
r=
Dimana :
r = Koefisien Korelasi
∑X = Jumlah Skor Per Item
∑X2 = Jumlah Kuadrat
Skor Item
∑Y = Jumlah Skor Total
∑Y2 = Jumlah Kuadrat Skor Total
n =
Jumlah Responden
∑YX = Jumlah skor hasil kali skor X dengan skor Y
Tabel 5
Hasil Uji Coba Instrumen
No item
|
Variabel
|
Nilai
|
Keterangan
|
I
|
Perilaku Peralihan Merek (Y)
1.
2.
|
0,887
0,887
|
Valid
Valid
|
II
|
Bukti Fisik (X1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
0,638
0,643
0,604
0,745
0,579
0,618
0,674
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
III
|
Keandalan (X2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
0,775
0,710
0,695
0,620
0,727
0,525
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
IV
|
Daya Tanggap (X3)
1.
2.
3.
4.
|
0,696
0,646
0,716
0,775
|
Valid
Valid
Valid
Valid
|
V
|
Jaminan (X4)
1.
2.
3.
4.
|
0,760
0,763
0,808
0,899
|
Valid
Valid
Valid
Valid
|
VI
|
Empati (X5)
1.
2.
3.
4.
5.
|
0,686
0,579
0,675
0,805
0,680
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
2.
Uji
Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketetapan,
ketelitian atau keakuratan yang ditujukkan oleh instrumen pengukuran. Batas
reliabel untuk n = 30 adalah 0,6 Sekaran (1992) dalam Duwi (2008:26). Pengujian reliabilitas instrumen dihitung
dengan meggunakan rumus Koefisien Reliabilitas
Alfa Cronbach yang
dikemukakan oleh Arikunto (1998:193) sebagai berikut:
r11
=
Dimana:
r11 =
reliabilitas instrumen
k =
banyaknya butir pertanyaan
= jumlah varian butir
= jumlah varian total
Dimana
pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, yang dikutip Duwi
dari sugiyono (2007) adalah sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,199 = sangat rendah
b.
0,20
– 0,399 = rendah
c.
0,40
– 0,599 = sedang
d.
0,60
– 0,799 = tinggi
e.
0,80
– 1,000 = sangat tinggi
Dengan
kriteria pengujian nilai r adalah:
r11
rtab maka instrumen diakatakan
reliabel
r11
rtab maka instrumen dikatakan tidak
reliabel.
Berdasarkan
uji reliabel diperoleh Alpha kualitas bukti fisik (X1) sebesar
0,894, kualitas keandalan (X2) sebesar 0,875, kualitas daya tanggap
(X3) sebasar 0,856, kualitas jaminan (X4) sebesar 0,922,
kualitas empati (X5) sebesar 0,867 dan variabel perilaku peralihan
merek (Y) sebesar 0,670, dan r tabel 0,6 untuk n = 30, maka instrumen tersebut
reliabel untuk digunakan, Dan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa koefisien
korelasinya adalah sangat tinggi.
I. Teknik Analisis Data
Setelah
data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dengan langkah sebagai
berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu hasil pengolahan data kemudian
dideskripsikan dengan tujuan menggunakan proporsi jawaban responden terhadap
variabel penelitian. Data yang diperoleh sebelum dianalisis secara kuantitatif
terlebih dahulu disajkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan perhitungan
statistik deskriptif seperti menghitung mean, persentase, dan tingkat capaian
responden dan kemudian melakukan interpretasi terhadap analisis ini :
a.
Persentase
.................................... Irianto, (2007:29)
Dimana:
= Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
b.
Rata-rata
skor masing-masing item
………………Irianto (2007:32)
Keterangan :
A = Sangat Kuat/Sangat Setuju/Selalu
B = Kuat/Setuju/Sering
C = Cukup/Ragu-ragu/Kadang-kadang
D = Lemah/Tidak Setuju/Jarang
E = Sangat Lemah/Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah
Menurut
Arikunto (2002:245) total capaian responden merupakan suatu ukuran untuk
menghitung masing-masing kategori jawaban dari deskriptif variabel, maka dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
TCR = Tingkat Capaian Responden
Rs = Rata-rata skor jawaban (rerata)
N = Nilai skor jawaban.
Untuk
menginterpretasikan jawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan,
sebagai acuannya tabel kriteria pengklasifikasian rata-rata jawaban responden
sebagai berikut:
a. 80-100% = Tinggi
b. 60-80% = Cukup
c. 40-60% = Agak Rendah
d. 20-40% = Rendah
e. <20% = Sangat Rendah
2. Analisis Induktif
a.
Uji Prasyarat Analisis
1)
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana
variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi
(hubungan) yang erat satu sama lain.
Uji ini bertujuan untuk melihat korelasi sesama variabel bebas. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dilakukan dengan uji VIF
(Singgih, 2003:291)
VIF =
___1___
(
1-r2 βij )
Dengan
kriteria sebagai berikut :
- jika koefisien VIF > 5, berarti terdapat multikolinearitas
- jika koefisien VIF < 5, berarti tidak terdapat
multikolinearitas
2)
Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel
dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau
tidak. Uji kenormalan data bisa dilakukan dengan uji kolmogorovsmirnov. Apabila nilai
Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal.
3)
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data
penelitian berasal dari variansi yang sama (homogen). Uji homogenitas ini
digunakan untuk menguji homogenitas varians yang terjadi dalam
kelompok-kelompok populasi, agar data yang diperoleh dari sampel yang diyakini
sebagai satu kesatuan.
Untuk melihat apakah data berasal dari varians yang
sama, maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu: Ho:data Populasi homogen dan
Ha: Data populasi tidak homogen. Ketentuan untuk menentukan apakah variabel
berasal dari varians yang sama dapat dilihat pada kriteria berikut: Ho diterima
apabila nilai signifikansi probability > alpha 0,05 dan Ho: ditolak apabila
nilai signifikansi < alpha 0,05.
b.
Tentukan koefisian
Regresi
Untuk melihat pengaruh antar
variable bebas dengan variable terikat maka digunakan analisis regresi berganda
dengan aplikasi SPSS.
Y = a + b1X1 + b2X2
+ b3X3 +
b4X4 + b5X5 + e
Dimana:
Y = Perilaku
Peralihan Merek
a = Standar
Koefisien
b1 =
Koefisien regresi X1
b2 =
Koefisien regresi X2
b3 =
Koefisien regresi X3
b4 =
Koefisien regresi X4
b5 =
Koefisien regresi X5
X1 = Kualitas bukti fisik
X2 = Kualitas keandalan
X3 = Kualitas daya tanggap
X4 = Kualitas jaminan
X5 = Kualitas empati
e = Variabel yang
tidak diteliti
1). Koefisien
Determinasi (R2 )
Koefisien determinasi berguna untuk menentukan besarnya
proporsi sumbangan seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
(Supranto, 2004: 58), terdapat rumus :
Di mana :
R2 = Koefisien determinasi
e.i = Variabel pengganggu
y.i =
Total sum of square
c. Uji Hipotesis
a)
Uji F
statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel penyebab terhadap
variabel akibat secara bersama-sama yang dilakukan dengan program SPSS 15. Dengan
kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika koefisien Sig. ≤ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika koefisien Sig. ≥ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
b) Uji t dapat digunakan untuk menguji
apakah masing-masing koefisien jalur mempunyai hubungan yang signifikan atau
tidak. Uji t dilakukan dengan
mengunakan bantuan komputer melalui SPSS Versi 15.
Kriteria dan uji hipotesis adalah:
jika α < 0,05 maka
hipotesis diterima
jika α > 0,05 maka hipotesis ditolak, dengan
kata lain bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengujian hipotesis :
-
jika thit ≥ ttab atau –thit < -ttab maka
H0 ditolak atau sig (prob) < a =
0.05
-
jika thit < ttab atau –thit £ -ttab maka H0 diterima
atau sig (prob) > a = 0.05
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. (2004). Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta.
Bandung
Bromsom, R (2005). Customer Loyalty: 50 Strategi Ampuh
Membangun dan Mempertahankan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Cravens, David W. (1996). Pemasaran Strategis. American
Newyork: Penerbit Mc Graw-Hill.
Duwi Priyanto. 2008. Mandiri
Belajar SPSS. Yogyakarta : Mediakom
Engel. F. James. D, Roger dan Miniard W (1995). Perilaku
Konsumen, Edisi Keenam, Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fahrur Razi (2009). Pengaruh
Kualitas Pelayanan BNI Terhadap Tingkat Kepuasan Nasabah BNI Cabang Padang. FE.UNP.
Skripsi Universitas Negeri Padang.
Gasperz, Vincent, (2001). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Griffin, J (2003). Customer Loyalty: Menumbuhkan dan
Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Idris, (2007). Aplikasi
SPSS Dalam Analisis Data Kuantitatif, Edisi revisi II, UNP.
Kotler, Philip (2000). Manajemen
Pemasaran. Edisi Milenium, Jilid 1
dan 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip dkk (1997). Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Terjemahan
Hendro Teguh dan R.a. Rusli Jakarta: PT. Prenhallindo.
_____________, (2002), Manajemen Pemasaran Edisi
Milenium. Jakarta:
Prenhallindo.
Kotler, Philip (2003).
Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Prenhalindo.
Lupiyoadi, Rambat, dan A . Hamdani (2006). Manajeman
Pemasaran Jasa. Edisi Kedua. Salemba Empat. Jakarta
Marya, Susanti. (2009). Pengaruh Harga dan Promosi
Terhadap Perilaku Peralihan Merek (Brand Switching Behavior) Pengguna Kartu
Seluler Simpati (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi). Skripsi Tidak
Diterbitkan. FE UNP.
Mowen, C. John, Minor, Michael, (2002). Customer
Behavior. Edisi Lima, Alih Bahasa Lina Salim, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nila,
Yulfe. (2009). Faktor-faktor Yang
Dipertimbangkan Nasabah Penabung pada Bank Nagara Indonesia (Persero) tbk. Cabang
Batusangkar. FE. UNP. Skripsi Universitas Negeri Padang. Padang.
Payne, Adrian.
(2002). The Essence Of Service
Marketing. Pemasaran Jasa. Yogyakarta:
Andi.
Peter, J.P & Olson J.C (2000). Consumer Behavior,
Perilaku Konsumen. Jakarta:
Erlangga.
Purwani, K, & Dharmemesta, B.S (2002), Perilaku
Beralih Merek Konsumen Dalam Pembelian Produk Otomotif. Jurnal Ekonomi
& Bisnis Indonesia,
Vol.17, No.3, 2002, 228-303.
Santoso. Singgih.
(2000). Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta: PT
Alex Media Komputindo, Gramedia.
Tjiptono, Fandy (2005). Service,
Quality & Satisfaction, Edisi Pertama,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tjiptono, Fandy (1997). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Umar, Husein. (2000). Metodologi
Penelitian. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar